Lihat matahari yang barusan. Tersebutlah sama, meskipun hari ini tidak secerah seperti kemarin. Matahari yang sangat indah itu bermanfaat jika ia berada di porsinya dan sesuai kondisi nya. Jangan paksa ia menjadi beda hanya karena perkara cuaca dingin dan hangat. Jika ia benar-benar bisa memilih, bukankah sesekali ia bisa saja mendekat dan membakar apa saja dalam sinarnya.
Mencintai matahari yang jauh, adalah dengan mencium tanah yang kau injak, menghargai yang hidup dengan memuji bagian lain yang rela mati untuk kehidupan. Pun mencintai matahari kemarin, adalah mensyukuri bunga yang gugur hari ini, kemudian bersukacita terhadap semerbak aroma oksigen secara sadar dan terang-terangan.
Di dalam selubung bagunan hati yang runtuh dan anggaplah begitu berantakan, tetaplah terjaga di bawah sinar matahari. Jawaban yang belum datang dan menampar dengan hadirnya ketidaksesuaian harapan, mungkin adalah petunjuk lain untuk lebih menjiwai matahari. Hinga secara terus menerus, meskipun hanya sedikit demi sedikit, hingga terlihatlah matahari satu dari yang lainnya, yang dapat terasa melalui kebaikan- kebaikan kecil di sekitar hidup.
Tidaklah harus menjadi matahari meskipun nyatanya matahari amatlah banyak. Tidaklah harus menjadi matahari meskipun tidak menjadi matahari adalah matahari itu sendiri. Matahari lainnya yang tidaklah satu, yang hangat cahaya nya memberi arti bagi sesama mahluk, bagi adik, anak, ibu, bapak, keluarga, istri, suami, teman dan lainnya. Jangan biarkan itu padam dan tetaplah pada porsinya, sejatinya bermanfaat adalah sebaik-baik nya hidup. Matahari sudah seharusnya adalah kita bersama, hingga kemudian semua orang saling menerangi dan kekurangan cahaya dalam bilik-bilik cadar, menjadi binar, memancar dari berbagai sudut dan arah. Nyalah dan hangatilah sebagai matahari yang lain, kemudian matilah secara sukarela untuk hidup nya matahari yang lain lagi.
![]() |
Cik Ayub |