Saturday, 6 June 2015

Merdekalah Papua

     Kesenjangan Ekonomi dan sosial terus saja terjadi layaknya bom waktu yang menunggu kapan akan meledak. Saat ini aku masih bingung mengenai sebutan kelompok pemberontak ataukah pejuang kemerdekaan melihat dari semakin memanasnya keinginan merdekanya Papua. Siapa yang tidak sedih ketika surga dunia ini lepas dari wilayah Indonesia yang memiliki semboyan "NKRI HARGA MATI".

Spearhead GrouHubungan yang bersifat Ceremonial tidak cukup untuk melakukan
     Hati ini berdenyut ketika membaca peristiwa yang mana setiap tanggal 1 Juli diperingati sebagai hari proklamasi kemerdekaan Papua. Proklamator kala itu adalah Zeth Rumkorem dan Jacob Pray. Bersama kelompoknya, mereka menaikkan Bintang Kejora (bendera papua) pertama kali pada 1 Juli 1971. Sumber (http://www.tempo.co/topik/masalah/151/Papua-Merdeka).

     Nasib Papua  menjadi Timor Leste kedua tinggal menunggu waktu,  Konferensi Tingkat Tinggi Melanesian Spearhead Group (MSG) yang terdiri dari Vanuatu, Papua Nughni, Salomon Island, Fiji dan FLNK (Font de liberation Nationale Kanak et Socialiste) membahas topik utama mengenai Papua Merdeka.

     Bukan tidak mungkin pertemuan KKT MSG akan diisukan dalam sidang umum PBB melalui pembahasan tingkat Kawasan Pacific Island Forum. Ketika PBB menyetujuinya Bom akan meledak, Papua akan menjadi Timor Leste Kedua.

       Besarnya potensi itu tentu perlu upaya kongkrit dari pemerintahan Indonesia, terobosan yang akan menjawab permasalahan Kesenjangan Ekonomi dan Sosial berupa mensejahterakan Rakyat Papua, memberantas Korupsi, penataan sektor ekonomi Papua secara berkeadilan serta menaikan kualitas pendidikan masyarakatnya dll yang lebih mengutamakan daerah tertinggal seperti Papua dan kawasan lainnya.

      Kini kita sering dengar ucapan membangun Indonesia dari pinggiran dan sekarang bahasa kesenjangan itu terdengar, rakyat Papua butuh peran nyata dari Indonesia, suatu hal yang wajar mereka ingin merdeka, ketika ketidakadilan itu memang tidak dirasakan. Permasalahan Papua adalah rumah tangga Indonesia, pertanyaannya maukah Indonesia mengurus dan memprioritaskan untuk kemajuan papua. Bukankah tanah Papua memiliki kekayaan yang melimpah tapi kenapa dari segi geografis daerah Papua sulit untuk di jangkau, dalam segi keamanan tindakan kriminal di daerah papua masih sangatlah tinggi, konflik vertikal dan horizontal disuguhkan Freeport dan aparat, itu sudah jadi rahasia umum. Kemiskinan dan keterbelakangan yang mengakar dianggap wajar, tikus yang kebingungan di "lumbung padi". Celakanya yang membingungkan dan acuh adalah tuan rumah itu sendiri, bernama Republik Indonesia.

"Suatu kewajaran, ketika semuanya tidak di jawab oleh Negara Indonesia itu sendiri.
walaupun aku belum pernah berada disana, Sumpah Aku Cinta Tanah Papua". (Ayub Saputra)
  
"Suatu saat aku akan pergi ke tanah Papua sebelum butuh paspor untuk berada disana"


Bukan tak mungkin bila dalam KTT MSG mendatang melahirkan resolusi berdirinya Republik Federal Papua Barat. Kalau resolusi tercapai, tinggal dibawa ke  Sidang Umum PBB melalui pembahasan tingkat kawasan Pacific Islands Forum. Kalau PBB menyetujuinya, itu berarti Papua Barat akan menjadi Timor Leste kedua dalam sejarah Indonesia - See more at: http://indonesianreview.com/hadi-saputro/juni-2015-papua-merdeka#sthash.KvWgQaGJ.dpuf


0 comments:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com