Dikala Gondrong Tiba

Gondrong adalah sebutan untuk seorang laki-laki berambut panjang, Itulah kenapa cewek tidak disebut Gondrong, karena mereka bukan laki laki dan laki laki bukan mereka, tapi mereka dan laki laki ditakdirkan untuk menyatu sehingga mampu menciptakan Gondrong junior, Coretan Payah edisi "Dikala Gondrong Tiba", akan mengulas sepenggal cerita dari sepanggul kisah yang terjadi selama Gondrong itu tiba.

Alasan Pecinta Alam ?

Tariklah nafas dari udara bersih itu. Kemudian biarkan sepatu tua keluar dari rak-nya. Kain segi tiga itu biarkan ada. Rutinitas akan kalah, kalahlah dengan jiwa. Nyaman akan jauh, dipecahkan dan terpelanting. Tentu ada kisah, dari perjalanan jauh melelahkan.

#SaveCawang | Sudah Dengar Tangisan Cawang hari ini ?

Payah, tangisan Cawang tak terdengar, jelas tangisan itu rintih. betul aku adalah orang yang payah, bagaimana tidak, seorang mahasisw...

Siul fales mengiringi pagi yang hampir saja terlewatkan, hari ini hampir saja habis di zona nyaman, dikasur yang tak terjemur entah berapa bulan. Kopi panas kuperintahkan untuk dibuat padahal hanya ada aku dan kucing waktu itu, astaga, kucing itu belum terlatih untuk segelas kopi, segelas kopi yang di dedikasikan untuk modal berpikir dan berandai-andai.

Friday, 9 December 2016

Bangunan Petak Dua Pintu

Suara dengkur teman yang tidur duluan memberi kode lelap malam hanya untuknya. sebagian orang duduk saling hadap sedang menghentakan batu gaplek "pletak" riuh saling ejek sembari menghentak meja dan mengeraskan suaranya. sebagiannya lagi sibuk dengan dunia maya nya, termasuk aku dengan kesempatan ini, mencoba berfantasi dengan keadaan.

Malam waktu itu, gerimis menuju deras. Di jalan koral, beberapa motor dibiarkan kehujanan. Gelas bekas kopi isyarat malam untuk dinikmati lebih lama. Suasana malam memang harus ramai, jangan sampai kalah dari konser jangkrik diluar sana. 

Siang tadi kami berbicara dunia, membahas mengenai kondisi alam raya lengkap dengan kejahatan manusianya. Semangat untuk datang walaupun telat melatarbelakangi pentingnya pertemuan itu, memposisikan diri agar dapat berbicara kebenaran. Orang-orang disini begitu fleksibel, mampu lebih serius disaat suasana serius bahkan disaat tidak serius banyak kiasan tentang persoalan dunia, mengenal tuhan, bersikap bijak tentang agama, cinta dan Indonesia. Siang, sore dan malam, yang jelas pagi sering terlewatkan. 

Bicara tentang malam tentu makin malam makin liar dan tidak terbendung lagi. Beberapa orang mulai menyerah dan memilih tidur padahal obrolan sedang berada pada puncaknya. Bangunan petak terpelosok ini merupakan bagian ujung dari gang tiga, merupakan tempat canda tawa dan keliaran manusia yang siap menjawab tantangan dunia. Orang-orang asik, tidak kaku dalam bersikap berkumpul dengan keyakinan teguh, teruji dan bermental baja. Apa jadinya bagunan yang berada di ujung ini tanpa ada keriuhan khas dengan backsound jangkriknya, mungkin rumput liar sudah jadi setinggi rumah, lusuh dan jadi sarang jin.

Ada malam, ada episodenya, banggaku meluber dengan ketidak-sia-sia-an bagunan petak dua pintu ini berguna dan memiliki nilai lebih dibanding tegap gedung-gedung besar, disini kami ada dan berpikir. Jikalau bangunan dua pintu ini bisa bersaksi, mungkin akan sedikit cerewet karena banyak cerita dari ide dan gagaasan baru itu untuk dijelaskan. Nilai yang seperti itu yang mengalahkan bangunan mewah di sebelahnya.

Banyak tempat-tempat duduk baru hadir, sebagai media ngobrol santai disore harinya, saling menyapa dan bertanya yang seharusnya tidak ditanyakan. kalau kau tidak percaya, silakan tanyakan pada pohon peneduh diperkarangan itu.

Bangunan ini harusnya bangga dan memang harus begitu, banyak tamu dari penjuru negeri tidur dan tumpah di dalamnya, banyak anak dengan minat belajarnya mengerti dari sini. Bagunan petak dua pintu ini punya daya tarik, tempat terdamai di jagad raya saat ini. Bangunan ini nantinya akan jadi sejarah dan napak tilas orang orang yang jauh nanti, bagunan ini unik sekali, dia kecil, jauh dan terpelosok namun ramai, riuh dan tempat bagi orang-orang dengan ide dan gagasan besar.

Bagunan petak dua pintu ini sejarah bagiku di bagian bumi ini, 
Bagunan petak dua pintu ini sejarah masa mahasiswaku lengkap dengan seluruh persoalanya. Bagunan petak dua pintu ini sejarahku dengan orang-orang hebat disekelilingku.
Bagunan petak dua pintu ini sumbu dari  pemikiran liar itu.
Bagunan petak dua pintu ini mengajarkanku, bahwa aku harus jadi manusia.
Aku bangga dengan "Bagunan petak dua pintu ini" 



Sunday, 4 December 2016

Manusia Terdidik Lari

Manusia manusia merdeka dengan pendidikannya tenggelam dalam pragmatisme pendidikan. Pendidikan kapitalisme  sudah jadi ideologi sistem pendidikan Internasional. Basis sistem tersebut telah masuk dalam pembuluh darah pendidikan. Manusia manusia yang harusnya memanusiakan manusia manusia tertindas sedari dulu putar kemudi dalam rangka orientasi kerja mendukung kapitalis merajalela. 

Media tranformasi nilai nilai pendidikan pecah antah berantah kehilangan ruhnya. Malapetaka besar sudah datang dari dulu dan sekarang sedang dikembang biakkan, mengakar dan menghancurkan nilai kemanusiaan.

Sekarang memang tak nampak beda antara lembaga pendidikan bahkan perguruan tinggi dengan yang namanya pasar kalangan. Keduanya jual beli orientasi uang dengan keuntungannya. Bedanya hanya penjual dan jualannya, pasar kalangan dengan sembako rumah tangganya dan lembaga pendidikan dengan jasa pendidikannya. Sks, fasilitas dan cara mengajar sudah jadi lapak uang para kapitalis Borjuis berselimut pendidikan. 


Nilai guna dari pendidikan sudah hancur lebur. Pendidikan tidak untuk menengah kebawah. Pendidikan hanya untuk selembar kertas bertuliskan ijazah dengan biaya yang makin parah. 

Unsur pendidikan hanya sebatas subyek, sebatas sejauh mana menjadi alat untuk menyelamatkan pribadi. Jauh dari apa yang dikatakan Paulo Freire dengan pendidikan harus melibatkan 3 unsur, menempatkan realitas dunia sebagai obyek yang disadari kenapa manusia tersebut harus melakukan pendidikan. Realitas Dunia yang menjadi salah satu unsur pendidikan itu selain mengajar dan diajar hanya akan menjadi racun bagi sistem kapitalis, karena dari situ akan menumbuhkan manusia manusia terdidik yang merdeka, manusia-manusia terdidik yang memanusiakan manusia lain.

Sekarang jadilah manusia ini, manusia Terdidik dengan pendidikan setinggi langit tanpa pernah memerdekan manusia yang butuh merdeka. Manusia terdidik itu sekarang jadi dengan segala hapalan teori dan konsep. Manusia terdidik itu hilang dalam proses pembebasan, menjadikan dirinya penindas dan hanya menghasilkan penindas kecil, begitu seterusnya. Manusia terdidik itu telah lahir dengan idelogi kapitalis borjuis lengkap dengan status sosialnya. Manusia terdidik itu hilang lenyap entah kemana dalam ranah hubungan sesama manusia lainnya, yang mana mereka butuh pemantik dari mereka yang terdidik agar sumbu ketidakadilan dan penindasan meledak hancur berkeping-keping.
Manusia terdidik itu lari !

Prima Causa, jangan biarkan aku lari.
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com