Monday, 17 August 2020

Musuh Yang Salah dan Jiwa Kurang Gizi

75 Tahun, sebelum kita lahir di Dunia ini, ada semangat pendiri bangsa yang berapi-api melahap penindasan. Meringkuk kau  dalam kepasrahan  kepada mata siapapun saja yang hendak menarik kesimpulan dari semangat kemerdekaan. Kau menganga, mengences, kemudian bersiap gagah.


Apimu membara, matamu menggerling kiri kanan, menyelidik setiap serangan yang bakal datang. Kau gelisah karena musuhmu belum datang. Gelaplah medan perjuangan, hilang pandangan.


Mata merupakan Indra, yang telah kalah telak, dan cenderung keliru, ia dangkal hanya melihat permukaan. Menangis kau karena tidak tahu menahu. Salah kaprah kau, karena jiwa yang kurang gizi, telah menghantarkanmu pada labirin-labirin dunia. 


Pilihlah, silakan ambil perkakasmu dalam penilaian, kita punya pengalaman dan pengamatan masing-masing. Matamu bukan mataku, hatimu bukan hatiku, mekarlah dan jadi semerbak wangi-wangian bunga sedap malam, pada  waktunya masing-masing, pada sunyinya sendiri-sendiri. Entah pemaknaan apa yang mampu ia bawa pulang.


Musim telah berganti, ditandai aroma tanah kemarau yang membasah . Nafasmu sesak dan terus-menerus menari tak kenal irama. Apa yang sebenarnya kita perjuangkan, mana musuh kita, mana? Hadapkan mocongnya, biar aku tebas di depanku. Dan kau hanya hidangkan cermin tak bertuan. Aku membentak, jika semuanya tidak benar dan keliru, kau hadapkan aku lagi dengan cermin itu. Apa yang sebenarnya telah dilakukan? Kita berjuang mati-matian dengan musuh yang salah. 


Bangun...

Bangun...

Bangunlah Jiwanya...

Badannya kurus, jiwa nya kurang gizi.

Apa yang sebenarnya badan-badan tuan telah  lakukan?


Lubuklinggau, 17 Agustus 2020.



0 comments:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com