Dikala Gondrong Tiba

Gondrong adalah sebutan untuk seorang laki-laki berambut panjang, Itulah kenapa cewek tidak disebut Gondrong, karena mereka bukan laki laki dan laki laki bukan mereka, tapi mereka dan laki laki ditakdirkan untuk menyatu sehingga mampu menciptakan Gondrong junior, Coretan Payah edisi "Dikala Gondrong Tiba", akan mengulas sepenggal cerita dari sepanggul kisah yang terjadi selama Gondrong itu tiba.

Alasan Pecinta Alam ?

Tariklah nafas dari udara bersih itu. Kemudian biarkan sepatu tua keluar dari rak-nya. Kain segi tiga itu biarkan ada. Rutinitas akan kalah, kalahlah dengan jiwa. Nyaman akan jauh, dipecahkan dan terpelanting. Tentu ada kisah, dari perjalanan jauh melelahkan.

#SaveCawang | Sudah Dengar Tangisan Cawang hari ini ?

Payah, tangisan Cawang tak terdengar, jelas tangisan itu rintih. betul aku adalah orang yang payah, bagaimana tidak, seorang mahasisw...

Siul fales mengiringi pagi yang hampir saja terlewatkan, hari ini hampir saja habis di zona nyaman, dikasur yang tak terjemur entah berapa bulan. Kopi panas kuperintahkan untuk dibuat padahal hanya ada aku dan kucing waktu itu, astaga, kucing itu belum terlatih untuk segelas kopi, segelas kopi yang di dedikasikan untuk modal berpikir dan berandai-andai.

Friday, 17 June 2016

Malam Nian

Kali ini kita bertaruh, malam yang habis atau aku. Bersama personil notebook kecil yang hampir patah dengan wifi menumpang, tentu strategi apik untuk menerobos malam. Tidak diragukan lagi, ternyata dugaan tentangga benar, malam juga lengkap dengan serdadu bintang yang siap menyerbu mata, mendorong tubuh dengan anginnya kemudian membuka sinar bulan yang terhalang awan, pelahan timbul membuat kekuatan malam semakin mendesak seolah memberi isyarat.

Menatapnya adalah konyol, serdadunya sudah cukup memaksa diri untuk hanyut dalam rayuannya. Malam kali ini memang kuat, berani sekali dia mendorong kebelakang, mensiasati pikiran lalu. Entah disebut apa malam itu, arusnya begitu deras, kurasa wajar jika hanyut dalam kenangan, dibawanya aku kedalam, entah terseret atau seperti apa, kenangan itu masuk diantara sel sel otak yang mencoba terhubung kembali untuk mengingatnya.

Coba saja sejak awal tidak ku tantang, mungkin kejadiaanya tidak seperti ini, menantang malam adalah lelucon besar, sebab mereka akan hadir lagi sampai akhirnya kau lelah sendiri. Hanya aku yang tahu malam itu, malam itu semakin menjadi-jadi tanpa memberi ampun. Begitu lah malam dengan  persekongkolannya.

Tentu saja malam ini bukan untuk mu. Biarkan ketidakjelasannya tanpa memberi arti. Sebab kenangan itu begitu liar sampai bingung menceritakan topiknya. Sedangkan aku tetap saja bersandiwara untuk membungkam kenangan itu, tanpa sedikitpun menceritakan apa yang sebernarnya terkenang.

Malam belum habis, begitu juga dengan kisah yang akan kujalani. Tidak akan kuberi kesempatan pada malam untuk mengenang kisah yang itu-itu saja, sebab kisah masih mempunyai sedikit waktu untuk diperbarui. Memang malam terkadang tidak adil, mengacak seenaknya setiap kisah. Memang malam terkadang kejam, selalu saja malam yang bersekongkol dengan kenangan.

Ini bukan soal gelap dan heningnya saja,bicara tentang angin bisa mengalahkan detang jam yang lewat begitu saja, dinginnya sudah masuk tulang belakang melewati rajutan jaket sederhana. Kubiarkan malam itu, kita harus sadar, sekali kali itu perlu, untuk melihat yang sudah jauh berlalu atau yang akan lalu, bukankah kita butuh mengobrol dengan dirisendiri, dengan apa yang dilakukan selama ini hanyalah euforia atau ...

Mungkin inilah adalah pesan untuk berpikir lebih lama dengan kenangan atau berpikir keras dengan kisah selanjutnya. Kali ini aku sepakat sebenarnya aku tidaklah begadang melainkan hanya memindahkan waktu tidur. Ahh kali ini aku kalah telak.

Malam itu dengan rembulannya.


Friday, 10 June 2016

Cintaku yang payah

Nem, leha, Sri, maafkan aku, cinta ini begitu payah untuk orang yang terlalu berharga seperti kamu. Cintaku tidak tahu bagaimana arah kemudinya, sehingga lepas dan sesat dari jalurnya.

Nem, Leha, Sri, baiknya jangan orang seperti ini, cintanya diam tak tercurah, mesra hanya angan, menjauh adalah pilihan yang tepat. Cinta yang berharga itu jangan sampai busuk hanya dengan mengenal kepayahan ini.

Nem, Leha, Sri, sehat sehat ya sekarang, Lanjut terus sampai semuanya berjalan tanpaku, tenagamu jangan dihabiskan hanya  untuk cinta yang payah.

Nem, Leha, Sri, kepingan kecil yang sempat terpahat biarkan disudut hatimu yang paling ujung, biarkan berdebu dan usang, namun sesekali jenguklah pahatan itu agar tak terlalu tebal debu menutupinya.

Nem, Leha, Sri, Jangan biarkan kisah baru yang datang melihat pahatan itu, jangan pula kau hapuskan semua untuk kisah yang baru, bukankah dulu kita juga berkisah. tapi itu terserah kamu.

Nem, Leha, Sri, Kabar yang sampai sekarang tak terceritakan, jangan disimpulkan bahwa aku tak pernah memikirkan senyum manismu, membayangkan keadaan seperti apa yang sebenarnya bukan dalam bayang dan angin.

Nem, Leha, Sri, Untuk kabar yang tak terbalas, aku sering kirim balasannya lewat hatimu, tak berbentuk memang, namun terisrat. Ketika resahmu datang, itu tanda masuknya. Pejamkan matamu dan rasakan setiap bait kalimatnya.
Nem, Leha, Sri, sungguh wajar ketika kamu bertingkah dan berbuat seperti itu padaku. Itu sudah pantas untuk cinta yang payah ini. Berkabar lewat angin, bercerita lewat diam, Melihat dari bayang, bukankah cinta tak sejadul itu.

Nem, Leha, Sri, aku juga sadar bahwa cintaku tak seasik yang lain, waktuku tak terbagi hanya untuk melihat senyummu, lihatlah aku yang seolah biasa dengan kondisi ini, seolah tak bersalah, seolah santai melewatinya,
Tapi, Nem, Leha, Sri, sekarang aku pecah dalam, remuk seribu namun didalam, tak nampak dari luar, begitu kias sekali. Cinta yang luar biasa aku buat sepayah ini.

Nem, Leha, Sri, sebenarnya kamu satu, bagaimana bisa cinta yang payah ini mencintai tiga nama, sedangkan satu nama saja sudah sepayah ini. 

Nem, Leha, Sri, sekali lagi, kalian itu satu nama yang bersedia dan bertahan selama itu hanya untuk mencintai cinta yang payah, Tapi sekarang sabarmu sudah cukup dan itu benar.

Nem, Leha, Sri, mungkin aku cocok bercinta bersama paranormal yang bisa menangkap pesan bayangku melalui angin, melalui malam, melalui sunyi, melalui resah yang tiba tiba rindu hadirmu.
Nem, Leha, Sri, kamu tidak perlu tahu tulisan ini.
Nem, Leha, Sri, Terimakasih.
Waktu itu di Enggano, "Di dalam bir ada kebebasan"-Benjamin Franklin 

Hampir sampai pinggang

Sekarang, gondrong ini telah masuk di fase kewajiban (baca : dikala gondrong tiba) nampaknya mulai menjadi tua. Dengan bentuk pecah pecah dan kemerahan di ujungnya, ternyata sejak awal aku benar, menjadi tua tidak mengenakkan, namun tetap muda terkadang hanya dipandang sebelah mata. Sekarang kalian mesti percaya kampus tak seasik waktu itu, waktu dimana kita masih sibuk kerja kelompok hingga sekarang kita sibuk dengan skripsi kita masing masing.

Tidak terasa tahun ini masuk tahun ke empat gondrong ini bertahan. Aku ingat sekali, celana sobek andalan dengan kaos oblong itu selalu menjadi duet andalan menemani kesana kemari memasuki ruang kuliah dengan tas sandang tanpa pena. Pulang lebih awal dengan motor butut berkarat, Astaga, kalau saja pacarku tahu, mungkin ia akan cemburu dengan suasana angin yang membelai, meniup helm tanpa kaca yang membiarkan rambut keluar di bagian belakangnya. Rasanya dengan poling sms sementara, bisa jadi aku adalah orang kedua paling ganteng sekampus raya ini.

"sampai saat ini berdasarkan catatan sejarah dunia perkampusanku, orang pertama belum ditemukan, kecuali Kamenraider dan Power Ranger begitu juga dengan Superman dan Badman ngotot untuk kuliah dikampusku, kemudian dengan gagah dan proses loby yang panjang, wakil rektor tiga bidang kemahasiswaan mendukung dan membuka sayembara dan disetujui oleh seluruh rakyat Indonesia, Merdeka".

Sekarang tahun keempat, namun belum genap empat tahun. Hampir sampai pinggang, membuatnya semakin asik, tidak perlu pengikat rambut, bisa kau sanggul seperti anak gadis didesa yang siap berangkat mandi kesungai. Digelap dan sepinya desa ia ikut, diterang dan ramainya kota ia tidak bisa ditinggal. Kemana saja selama bertahun-tahun menjadi pemikat hati.

kali ini fase yang sulit, tak banyak yang mampu bertahan, melaksanakan kewajiban adalah wajib hukumnya, kebiasaan selama 4 tahunan itu memang sulit untuk dilupakan, belum lagi banyak ide liar yang keluar dari gerahmu. Tapi bagaimanapun itu, terlepas gondrong atau tidak, kau tetaplah rambutku. Dibalik fenomena skripsi, kemudian fenomena kerja yang semuanya butuh rapi. Tentu perlu amunisi untuk tetap tenang, 99% kau akan pergi. datanglah fase itu, aku akan hadir dan mungkin kembali dengan jilid dua, sesuai dengan cita-citaku.

Menjadi dosen muda dengan tetap berambut gondrong adalah catatan kecil tertempel di dinding kosanku. Cita-cita yang hadir atas jerih payah petualangan panjang. Dan apabila gondrong ini akan kembali awal, maafkanlah itu,  ingatlah selalu ndrong, kita pernah menghabiskan waktu dengan ke-keren-an maksimal tanpa cela, bisa jadi nantinya dikala gondrong hilang, aku sangat yakin, pasti ada karakter yang hilang juga didalam diri, entah hilang atau sembunyi, kuharap sembunyi saja. selalu ada jilid dua untuk sensasi dan suasana itu, yang sedikit banyak membentuk pikiran pikiran yang jarang dipikirkan oleh generasi- generasi sama. Kini kau Hampir sampai pinggang, salut aku sama mu ndrog, ini prestasi untuk kita berdua, hanya untuk kita berdua. Bagaimanapun cerita selanjutnya kau tetap rambutku yang bernama gondrong. Bersambung

Hampir sampai pinggang, gondrongku
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com