Dikala Gondrong Tiba

Gondrong adalah sebutan untuk seorang laki-laki berambut panjang, Itulah kenapa cewek tidak disebut Gondrong, karena mereka bukan laki laki dan laki laki bukan mereka, tapi mereka dan laki laki ditakdirkan untuk menyatu sehingga mampu menciptakan Gondrong junior, Coretan Payah edisi "Dikala Gondrong Tiba", akan mengulas sepenggal cerita dari sepanggul kisah yang terjadi selama Gondrong itu tiba.

Alasan Pecinta Alam ?

Tariklah nafas dari udara bersih itu. Kemudian biarkan sepatu tua keluar dari rak-nya. Kain segi tiga itu biarkan ada. Rutinitas akan kalah, kalahlah dengan jiwa. Nyaman akan jauh, dipecahkan dan terpelanting. Tentu ada kisah, dari perjalanan jauh melelahkan.

#SaveCawang | Sudah Dengar Tangisan Cawang hari ini ?

Payah, tangisan Cawang tak terdengar, jelas tangisan itu rintih. betul aku adalah orang yang payah, bagaimana tidak, seorang mahasisw...

Siul fales mengiringi pagi yang hampir saja terlewatkan, hari ini hampir saja habis di zona nyaman, dikasur yang tak terjemur entah berapa bulan. Kopi panas kuperintahkan untuk dibuat padahal hanya ada aku dan kucing waktu itu, astaga, kucing itu belum terlatih untuk segelas kopi, segelas kopi yang di dedikasikan untuk modal berpikir dan berandai-andai.

Sunday, 21 August 2016

Daokan aku jadi Supermen

Berambut klimis dengan sedikit ikal, berbadan kekar dengan segi delapan, beralis tebal tanpa pewarna buatan. Terbang kesana kemari layaknya burung. Aku bisa urus semuanya, mulai dari mencuci piring sampai piring dicuci, mulai dari makan nasi sampai nasi dimakan. Akulah Superman. 

Tidak ada yang berani menculikku, suaraku bebas menembus awan. Ketika ada kesalahan aku benarkan, ketika ada ketidakadilan aku adilkan. Ternyata akulah manusia super dengan segala kekuatan dahsyatnya.

Hidupku jadi idola dengan banyak penggemar di sekeliling badan. Klakson motor dan mobil berbunyi siiring papasan ku. Sambutan tangan begitu banyak menyita waktu untuk dibalas. Prestasi di lemari sampai tidak muat lagi, buku buku meluber dari tempatnya. Akulah Supermen dengan segala kesempurnaannya.

Senyum yang dibalas jadi cinta, sapa yang terabaikan jadi penasaran. Superman oh Superman. Super sekali engkau dikehidupan ini. Sayangnya aku bingung dikehidupan mana itu ?

Mimpiku terlalu tinggi, harapku terlampau jauh, tapi doamu tetap kutunggu. Lupakan soal Superman tadi, itu hanya lelucon ku. Apapun doamu, pasti itu terbaik. Sekarang aku damai, soal bagaimana tidak kupikirkan lagi. Yang jelas, jadi tetaplah jadi.

Boleh aku berbisik pada Tuhan tentang kita dan jalannya ? Bisik itu, hanya aku yang tahu. Kalaupun kau tahu, pasti Tuhan sedang memberi isyaratnya. Ngomong ngomong soal Superman, sepertinya sudah seharusnya membebaskan diri dari belenggu apapun dengan semangat dan kekuatan seperti jadi "Superman".
"Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa roh"-Khalil Gibran


Cermin ruang tengah

Tuesday, 9 August 2016

Seorang Pencinta Alam

Ada banyak petualangan, membuatku sadar, kehidupan yang sangat jauh dari orang orang yang telah mati namun tetap hidup. Segala keindahan ciptaan Tuhan dengan segala ucapan syukur atas kuasa-Nya benar benar terasa dan terhayati disetiap petualangan. 

Sebagai seorang Pencinta Alam yang menggaungkan kata “cinta” tentu aku harus sadar, ada banyak kesadaran lain yang harusnya begitu melekat dan kuat ketika aku menjadi seorang Pencinta Alam.Semangat dan jiwa yang terbentuk dari Perjalanan penuh resiko dan membahayakan, tidak semua Mahasiswa menginginkan berada di zona tersebut, lelah, panas, dingin, lapar dan kebersamaan, ini bukan persoalan asing bagi seorang Pencinta Alam, dan akupun menyukai itu. 

Apakah dengan segala petualangan, yang aku cari hanya kesenangan ? Lebih dari itu bahkan jauh sekali, ada makna lain kenapa aku keluar dari kehidupan yang serba rutinitas ini. 

Perjalanan panjang yang melelahkan dengan memasuki wilayah yang jarang dimasuki, menelusuri wilayah yang jarang ditelusuri. Sudah pasti disitu ada banyak kehidupan, kehidupan yang begitu senjang dari kata mewah dan hiruk pikuk perkotaan. Senyum masyarakat desa begitu sederhana menyimpan ketidakberdayaan akan ketidakadilan yang menimpahnya. Tanah masyarakat yang hilang akibat kedatangan Perusahaan, Kurangnya proses pendidikan, Jalan tanah merah berlobang tanpa aspal, kehidupan tanpa listrik. Semua itu ditemukan, dilihat dan dirasakan secara langsung. Bahkan seorang Pecinta Alam tidak sungkan untuk sampai ke pelosok-pelosok negeri. Seorang Pecinta Alam sesadar-sadarnya harus sadar, kepala dan hati nuraninya sudah melihat dan merasakan itu secara langsung. 

Kisah diatas tidak cukup hanya membaca dikoran-koran, melihat cuplikan dari televisi. Sebagai jiwa muda dengan waktu dan tenaga yang cukup. Aku butuh penghayatan yang harus membuktikannya secara langsung, bagaimana dengan pelosok-pelosok itu, bagaimana kehidupan sederhana masyarakat desa itu, bagaimana tanah mereka berganti tanaman sawit dan lobang galian batubara itu, bagaimana anak anak tidak bersekolah, bagaimana hidup di tengah hutan dengan pondok sederhana. Itu semua akan terjadi dengan memulai perjalanan panjang melelahkan. 

Apakah ini sedikit menjawab kenapa aku memilih menjadi seorang Pencinta Alam. Kisah diatas tak jarang menjadi cikal bakal semangat revolusioner tertanam dan tumbuh di dalam diri. Semangat itu masuk tanpa permisi karena dibentuk secara sadar dan dirasakan langsung. Walaupun terkadang hanya sebatas semangat dan marah terhadap kondisi. 

Sadar dengan petualangan saja tidak cukup, karena kata cinta atau pencinta harus diiringi dengan rasa tanggung jawab dalam memerankan diri menyelamatkan lingkungan yang lestari, sesuai dengan semboyan salam lestari. Lantas disini kesadaran itu haruslah berbentuk dan sudah seharusnya bagiku berani  berbicara tentang sungai yang tercemar akibat  limbah dari perusahaan, carut marut AMDAL, menolak segala bentuk energy kotor yang tetap di prioritaskan, memperhatikan satwa langka yang hampir punah akibat semakin berkurang habitatnya karena berganti tanaman sawit dan lobang galian batubara. Sadar bahwa sudah seharusnya aku berdiri digarda paling depan. Sadar bahwa sudah seharusnya seorang Pecinta Alam menjadi inisiator dari semua persoalan ini. Karena semua ini merupakan bagian dari Alam yang tentunya aku cintai.
Semua kesadaran harus diiringi tindakan, kalau tidak, sama saja omong kosong. Semua ini bukanlah gampang, tapi setidaknya aku harus mempunyai karakter dan memposisikan diri, dimana sebenarnya aku berpihak. Itulah kenapa aku memilih menjadi seorang Mahasiswa Pecinta Alam dan Seharusnya semua Mahasiswa itu Pecinta Alam.


Tidak cukup untuk duduk dan mengamatinya dari kejauhan

Udara Kelulusan

Apakah aku adalah manusia, manusia dengan keyakinan bahwa semua persoalan ini akan selesai. Ini sebenarnya adalah bongkahan kecil bagi orang yang mengerjakannya. Yang lebih unggul, yang menang, yang mengerjakannya, semua itu harus dibalut dengan keberuntungan. Yang kalah adalah dia yang menunda nunda. Yang santai harusnya Cermati bongkahan kecil tadi, seiring waktu akan membesar dan bisa jadi menimpahmu. 

Sebagaimana perasaan manusia, tentu udara kelulusan begitu segar dan aku tahu itu hanya jadi uforia sesaat untuk orang payah yang belum siap sepertiku, membacaku kurang, menulisku payah, bahasa asingku jauh. Kesiapan untuk menghadapi persaingan dunia yang begitu ketat ini dengan pekerja yang lebih banyak dari pekerjaan.

Kemenanganmu adalah penyemangatku,  semangatkan aku untuk orang yang mendahului, tidak ada yang lebih asik kecuali orang yang berada pada prioritasnya, aku sekarang duduk, sedang menghitung minggu yang telah lalu entah keberapa kalinya, kemudian mencoba bagun kembali sambil menyusun setiap harapan yang datang, terkadang aku jemput di dalam diamku, untuk memprioritaskan semua waktu yang bisa saja akan terbuang percuma.

Luluh sebagaimana pertanyaan sederhana orang dirumah untuk menanyakan sejauh mana batasan yang telah dilakukan, sadar bahwa selebrasi ini ditunggu tidak hanya untuk diri sendiri melainkan orang yang mendukung secara lahir dan batin. Saat ini aku tidak tau seberapa pentingkah aku menulis ini, hanya saja kalau tulisan ini tidak jadi, seharian tidak ada aktifitas yang bisa diandalkan, apalagi sekarang aku belum mandi dari pagi. 

Aku tertawa saat sadar bahwa aku suka menulis, tapi belum untuk skripsi ku, aku menghabiskannya dengan santai sembari mengkorek jalur kiri. membaca pemikirian liar orang orang yang mati akan tetapi tetap hidup. Aku bukanlah Aku ketika terus berusaha mencari-cari alasan, aku hanya menunggu bait yang pas agar alasan logis timbul untuk menjawab kata kesiapan.

Aku adalah Ayub Saputra yang mencoba bertahan dengan rambut gondrongnya, sudah tidak diragukan lagi, aku bersama doa dan semangat semua orang yang tentu saja aku tidak bisa mengecewakannya. Aku adalah aku dengan coretan payah dari kondisiku. Yang paling asik adalah mentertawai diri sendiri. 

Aku biasa saja karena aku punya alasan itu, santai saja, aromanya sudah tidak jauh lagi. Namun sekali lagi terimakasih untuk isyarat mu. Selangkah lebih maju dariku membuatku ingin melangkah, bahkan aku ingin melompat, berlari dan terbang. Untuk temanku, yakinlah bahwa aku bukanlah orang dulu, Aku tetap komitmen dengan tulisan yang kutempel di dinding kosan yang sudah berdebu di makan waktu.

Coretan di dinding kosan diam diam merayap

Wednesday, 3 August 2016

Ngobrol (diri) Pagi

Senyap pagi ternyata bohong, aku sudah menjemputmu dengan riak suara. Tapi siul burung begitu egois, volumenya nyaring malu kemudian pupus. Sinar pagi masih muda, belum berani nakal untuk beberapa manuver hilang timbul dibalik awan. 

Dongkol rumput tua pecah ruah karena selimut embunya berganti kental cair lendir keong cokelat motif standar. Sementara  firasat sama juga dirasakan akar yang membelit pagar tua tegak rubuh, bahu membahu paku berkarat berusaha untuk lekat diantara bubuk lapuk bila bambu. Padahal jelas sekali waktunya hanya seujung pertahanan lambung isi gorengan.

Mengerling mata keluarga petani sawah lewat antara senyum dan binggung. Jejaknya membekas diantara becekan hujan semalam, berbaris acak mengarah ujung cahaya bayang bukit. Tangan anaknya dari jauh keatas menyapa serius, isarat sapaan kabar kemudian berlari kecil sebelum sempat dibalas.

Beberapa rencana seperti pecahan batu bata baris berserak pecah abstrak, diam tanpa respon seperti besi tua yang berdamai dengan kondisi dingin malam. Siasat mencari kesimpulan sudah jelas layak sebaran gemburan tanah bekas kuburan kucing tepat dibelakang bangku kayu.

Sekarang sudah terlalu panas, aku bisa saja ngantuk dan melepasnya. Biasanya memang seperti ini, jika hal besar menunggu, tak sabar untuk terjadi. Tapi tidur sekarang sama saja memborbardir sekutu sendiri. Sekarang bukan lagi besok, kental sisa kopi sudah mengeras hampir menjadi kerak. Ohh iya pagi, maafkan untuk kalimat pembuka, hanya mencoba akrab dengan suasana canggung, efek lama tak bertemu. Jangan lupa kasih aku kekuatan super.

Rumput yang cemburu
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com