Tuesday, 9 August 2016

Seorang Pencinta Alam

Ada banyak petualangan, membuatku sadar, kehidupan yang sangat jauh dari orang orang yang telah mati namun tetap hidup. Segala keindahan ciptaan Tuhan dengan segala ucapan syukur atas kuasa-Nya benar benar terasa dan terhayati disetiap petualangan. 

Sebagai seorang Pencinta Alam yang menggaungkan kata “cinta” tentu aku harus sadar, ada banyak kesadaran lain yang harusnya begitu melekat dan kuat ketika aku menjadi seorang Pencinta Alam.Semangat dan jiwa yang terbentuk dari Perjalanan penuh resiko dan membahayakan, tidak semua Mahasiswa menginginkan berada di zona tersebut, lelah, panas, dingin, lapar dan kebersamaan, ini bukan persoalan asing bagi seorang Pencinta Alam, dan akupun menyukai itu. 

Apakah dengan segala petualangan, yang aku cari hanya kesenangan ? Lebih dari itu bahkan jauh sekali, ada makna lain kenapa aku keluar dari kehidupan yang serba rutinitas ini. 

Perjalanan panjang yang melelahkan dengan memasuki wilayah yang jarang dimasuki, menelusuri wilayah yang jarang ditelusuri. Sudah pasti disitu ada banyak kehidupan, kehidupan yang begitu senjang dari kata mewah dan hiruk pikuk perkotaan. Senyum masyarakat desa begitu sederhana menyimpan ketidakberdayaan akan ketidakadilan yang menimpahnya. Tanah masyarakat yang hilang akibat kedatangan Perusahaan, Kurangnya proses pendidikan, Jalan tanah merah berlobang tanpa aspal, kehidupan tanpa listrik. Semua itu ditemukan, dilihat dan dirasakan secara langsung. Bahkan seorang Pecinta Alam tidak sungkan untuk sampai ke pelosok-pelosok negeri. Seorang Pecinta Alam sesadar-sadarnya harus sadar, kepala dan hati nuraninya sudah melihat dan merasakan itu secara langsung. 

Kisah diatas tidak cukup hanya membaca dikoran-koran, melihat cuplikan dari televisi. Sebagai jiwa muda dengan waktu dan tenaga yang cukup. Aku butuh penghayatan yang harus membuktikannya secara langsung, bagaimana dengan pelosok-pelosok itu, bagaimana kehidupan sederhana masyarakat desa itu, bagaimana tanah mereka berganti tanaman sawit dan lobang galian batubara itu, bagaimana anak anak tidak bersekolah, bagaimana hidup di tengah hutan dengan pondok sederhana. Itu semua akan terjadi dengan memulai perjalanan panjang melelahkan. 

Apakah ini sedikit menjawab kenapa aku memilih menjadi seorang Pencinta Alam. Kisah diatas tak jarang menjadi cikal bakal semangat revolusioner tertanam dan tumbuh di dalam diri. Semangat itu masuk tanpa permisi karena dibentuk secara sadar dan dirasakan langsung. Walaupun terkadang hanya sebatas semangat dan marah terhadap kondisi. 

Sadar dengan petualangan saja tidak cukup, karena kata cinta atau pencinta harus diiringi dengan rasa tanggung jawab dalam memerankan diri menyelamatkan lingkungan yang lestari, sesuai dengan semboyan salam lestari. Lantas disini kesadaran itu haruslah berbentuk dan sudah seharusnya bagiku berani  berbicara tentang sungai yang tercemar akibat  limbah dari perusahaan, carut marut AMDAL, menolak segala bentuk energy kotor yang tetap di prioritaskan, memperhatikan satwa langka yang hampir punah akibat semakin berkurang habitatnya karena berganti tanaman sawit dan lobang galian batubara. Sadar bahwa sudah seharusnya aku berdiri digarda paling depan. Sadar bahwa sudah seharusnya seorang Pecinta Alam menjadi inisiator dari semua persoalan ini. Karena semua ini merupakan bagian dari Alam yang tentunya aku cintai.
Semua kesadaran harus diiringi tindakan, kalau tidak, sama saja omong kosong. Semua ini bukanlah gampang, tapi setidaknya aku harus mempunyai karakter dan memposisikan diri, dimana sebenarnya aku berpihak. Itulah kenapa aku memilih menjadi seorang Mahasiswa Pecinta Alam dan Seharusnya semua Mahasiswa itu Pecinta Alam.


Tidak cukup untuk duduk dan mengamatinya dari kejauhan

0 comments:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com