Tuesday, 9 August 2016

Udara Kelulusan

Apakah aku adalah manusia, manusia dengan keyakinan bahwa semua persoalan ini akan selesai. Ini sebenarnya adalah bongkahan kecil bagi orang yang mengerjakannya. Yang lebih unggul, yang menang, yang mengerjakannya, semua itu harus dibalut dengan keberuntungan. Yang kalah adalah dia yang menunda nunda. Yang santai harusnya Cermati bongkahan kecil tadi, seiring waktu akan membesar dan bisa jadi menimpahmu. 

Sebagaimana perasaan manusia, tentu udara kelulusan begitu segar dan aku tahu itu hanya jadi uforia sesaat untuk orang payah yang belum siap sepertiku, membacaku kurang, menulisku payah, bahasa asingku jauh. Kesiapan untuk menghadapi persaingan dunia yang begitu ketat ini dengan pekerja yang lebih banyak dari pekerjaan.

Kemenanganmu adalah penyemangatku,  semangatkan aku untuk orang yang mendahului, tidak ada yang lebih asik kecuali orang yang berada pada prioritasnya, aku sekarang duduk, sedang menghitung minggu yang telah lalu entah keberapa kalinya, kemudian mencoba bagun kembali sambil menyusun setiap harapan yang datang, terkadang aku jemput di dalam diamku, untuk memprioritaskan semua waktu yang bisa saja akan terbuang percuma.

Luluh sebagaimana pertanyaan sederhana orang dirumah untuk menanyakan sejauh mana batasan yang telah dilakukan, sadar bahwa selebrasi ini ditunggu tidak hanya untuk diri sendiri melainkan orang yang mendukung secara lahir dan batin. Saat ini aku tidak tau seberapa pentingkah aku menulis ini, hanya saja kalau tulisan ini tidak jadi, seharian tidak ada aktifitas yang bisa diandalkan, apalagi sekarang aku belum mandi dari pagi. 

Aku tertawa saat sadar bahwa aku suka menulis, tapi belum untuk skripsi ku, aku menghabiskannya dengan santai sembari mengkorek jalur kiri. membaca pemikirian liar orang orang yang mati akan tetapi tetap hidup. Aku bukanlah Aku ketika terus berusaha mencari-cari alasan, aku hanya menunggu bait yang pas agar alasan logis timbul untuk menjawab kata kesiapan.

Aku adalah Ayub Saputra yang mencoba bertahan dengan rambut gondrongnya, sudah tidak diragukan lagi, aku bersama doa dan semangat semua orang yang tentu saja aku tidak bisa mengecewakannya. Aku adalah aku dengan coretan payah dari kondisiku. Yang paling asik adalah mentertawai diri sendiri. 

Aku biasa saja karena aku punya alasan itu, santai saja, aromanya sudah tidak jauh lagi. Namun sekali lagi terimakasih untuk isyarat mu. Selangkah lebih maju dariku membuatku ingin melangkah, bahkan aku ingin melompat, berlari dan terbang. Untuk temanku, yakinlah bahwa aku bukanlah orang dulu, Aku tetap komitmen dengan tulisan yang kutempel di dinding kosan yang sudah berdebu di makan waktu.

Coretan di dinding kosan diam diam merayap

0 comments:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com